"AKU MENCINTAIMU SEPERTI AKU MENCINTAI LINGKUNGANKU"
Rara berjalan terus menyusuri tepi birunya laut bersama pujaan hatinya. Romantis…. Sungguh romantis suasana saat itu. Diri ini seakan ingin hanyut dalam romantisnya suasana saat itu. Sesaat Rara menyadari kalau dirinya telah berada di suatu bagian dari belahan dunia yang sangat istimewa. Rara merasa sangat beruntung berada di belahan dunia ini. Di alam yang permai, lingnyangan yang asri dan hidup berdampingan dengan beribu-ribu ciptaan yang amat indah. Ditambah lagi di dalam belahan dunia itu ada orang-orang yang Rara sayangi. Rara merasa seakan hanya Raralah satu-satunya manusia yang paling beruntung hidup di alam ini. Ketika nyamenoleh ke sisi kanannya, Rara merasakan genggaman tangan lembut menyentuh jemarinya. Rara memandang wajahnya dan semakin merasa sangat beruntung hidup di dunia ini. Rara mempunyai dia “Pejantan yang Rara cintai” .Tak
Rara pun menoleh ke sisi kirinya, saat itu nyatemui karya tangan yang sungguh luar biasa. Rara yakin karya ini hanya diciptakan oleh SATU SOSOK. Sebab hanya Dia yang mampu menjadikan dan menciptakan sesuatu yang sangat sempurna seperti ini. Dan Rara yakin karya ini diciptakan olehNya untuk dinikmati oleh setiap insan. Laut biru yang terhampar luas, pasir putih yang berkilau di bibir pantai, ufuk di ujung yang memancarkan sinarnya, nyiur yang menyapu langit, kicauan burung pun inyat memeriahkan suasana seakan hendak bernyanyi, menyanyikan senandung alam. Burung-burung itu seperti sehati dengannya, sama-sama merasakan indahnya alam ini. Rara sangat mencintai alam ini.
Sejenak nyatertegun, Rara mengucap syunyar akan karyaNya yang indah ini. Rara terkagum-kagum akan semua ini. Tanpa nyasadri Rara menyanyikan sebuah lagu Gereja…
Burung Pipit yang kecil dikasihi Tuhan, terlebih dirinya dikasihi Tuhan
Bunga Baknyang di
Burung yang besar, kecil, bunga indah warnanya, satu tak terlupa oleh Penciptanya.
Lagu yang sangat Rara gemari ketika ia masih menjadi murid sekolah minggu di Gereajnya. He..he..he..he..
Dua hal yang Rara sayangi di dunia ini selain keluarga adalah mempunyai pujaan hati yang sangat baik dan lingnyangan yang indah ini. Rara tak ingin melepaskan ini semua, Rara tak ingin menyia-nyiakan ini semua. Hari-hari yang indah di dunia ini akan Rara nikmati dengan sangat bermakna. Rara punya semuanya. Rara menyayangi semuanya. Dan Rara tak ingin semua ini hilang dan lenyap begitu saja. Kakinya terus berjalan menyusuri putihnya pasir putih ditemani oleh pangeran pujaan hatinya.
Rara menyadari dulu Rara bukanlah orang yang sempurna. Rara sering menyesali kehidupannya di dunia ini. Karena Rara hanyalah seorang wanita yang lahir dengan jantung yang lemah. Mungkin harta cukup baginya tapi kebahagiaan batin tak pernah ia rasakan. Sekali dalam sebulan Rara harus menginyati control rutin di rumah sakit, ini terjadi jika kondisinya tidak begitu buruk. Namun, jika kondisinya sedikit lebih memprihatinkan bagi banyak orang yang menatapnya mungkin Rara harus tinggal di suatu ruangan dipenuhi alat-alat medis selama beberapa hari bahkan pernah beberapa minggu.
Sembari melihat indahnya alam, ia sedikit mengingat semua kenangan hidupnya.
Saat teman-temannya dapat bermain dan berlari kemana pun ia mau saat itu pula Rara hanya bisa terdiam melihat tawa dan canda mereka menikmati kesempurnaan hidup yang mereka rasakan. Hatinya teriris saat mereka menatapnya, seolah Rara inilah manusia yang paling hina dan rendah di dunia, seolah Rara ini sangat tak berdaya dan tak berarti di hadapan mereka. Rara hanya bisa terdiam memendam rasa iri akan kesempatan dan kesempurnaan yang mereka miliki. Air mata pun bercucuran menemani pilunya hatinya saat itu. Dalam benaknya saat itu hanya bisa menyalahkan Dia yang telah menciptakan Rara. Dulu karena penyakit yang Rara derita Rara sering merasa sangat jauh di bawah sempurna. Rara menganggap dengan usia yang singat ia tak
Rara adalah seorang gadis berusia 18 tahun saat ini, seorang gadis yang baru saja mengecap bebasnya alam tanpa seragam SMA. Nama aslinya adalah Diandra Prisilya Casandra. Namun setiap yang dekat denganya akan memanggilnya dengan panggilan Rara. Entah darimana nama itu bisa menempel dengan dirinya. Rara terlahir dari keluarga yang lengkap. Rara mempunyai seorang ayah, seorang bunda, 1 orang kakak laki-laki bernama Frans Justin Diego berumur 21 tahun dan 1 orang kakak perempuan Angela Putricia Xeya berumur 19 tahun. Dulu karena penyakit yang Rara derita Rara sering merasa sangat jauh di bawah sempurna. Rara menganggap dengan usia yang singjat ia tak
Balik ke cerita awal…..
Hari yang sangat indah untuk wanita sepertinya. Berjalan terus mnyusuri ribuan pasir putih memandang luasanya langit dan laut yang seolah tanpa batas. Pandangnnya lurus mencoba mencari satu titik dari pandangannya. Namun Rara sadari hal itu tak
Lelaki yang berani menyatakan perasaannya itu adalah Albert Rama Tampubolon. Seorang lelaki yang menurutku cukup bahkan sangat berani untuk menjadi bagian dalam hidup Rara. Rama juga tahu akan penyakit Rara, dia juga tahu akan latar belakang keluarga Rara yang nyaris broken home. Tapi segala kekurangan Rara tak menyurutkan niatnya untuk mendekati gadis belia itu. Saat itu usia Rama 2 tahun lebih tua dibandingkan Rara. Rama bukanlah kakak kelas di sekolahnya. Rama dan Rara berbeda sekolah. Mereka bertemu dalam satu tempat les yang sama. Kebetulan mereka berdua sama-sama mempunyai hobby music. Rama hobby dengan gitar dan drum sedangkan Rara hobby dengan Biola. Setidaknya ini tanda awal kalau mereka ssehati.. he he he he…
Rama telah masuk les musik 3 bulan sebelum Rara. Dan mereka berkenalan saat Rara masuk ke tempat les musik itu. Rara mempunyai wajah yang unik dan enak untuk dipandang. Sehinnga banyak anak-anak lelski yang les di tempat les Rara menyukai Rara. Saat itu Rama dan Rara sendiri belum mempunyai perasaan apa-apa. Rama menganggap Rara sebagai adiknya. Dan Rara pun demikian, sehingga setiap masalah selalu ia ceritakan pada Rama. Rama seorang sosok pria yang sangat ia suka setelah kakaknya Frans yang kini kuliah di
Pertemanan dimulai, saat itu usia Rara masih 14 tahun dan Rama 16 tahun. Setiap pulang les Rama selalu mengantar Rara pulang ke rumah bahkan sesekali singgah di rumah Rara. Di tempat les mereka juga selalu duduk bersebelahan layaknya pasanagan yang tidak dapat dipisahkan. Banyak yang mengira mereka benar-benar jadian. Sampai-sampaoi banyak lelaki yang menyukai Rara mundur sebelum mengungkapkan sepatah katapun karena takut dianggap pengganggu bahkan perusak hubungan orang. Satu tahun Rama mengenal Rara, Rara udah bolak-balik masuk rumah sakit. Bahkan pernah sekali Rama yang menemani Rara di rumah sakit karena orang tua Rara saat itu sibuk dengan urusan kerjaanya.
Selama satu tahun itu juga Rama berusaha merubah pola piker Rara yang menganggap dirinya tak sempurna dan Tuhan itu tidak adil. Sering kali Rama mengajak Rara untuk langsung melihat sisi lain dari hidup Rara. Melihat rakyat kecil mencari makan, melihat beberapa keindahan alam yang telah diciptakannya, melihat bagaimana kehidupan di luar dari kehidupan Rara.
Saat itu Rara mulai menyukai Rama dengan status yang beda, bukan lagi dianggap sebagai kakak. Rara merasa Rama itu sangat perhatian. Dan Rara pun mulai menafsirkan lain arti dari perhatian Rama dan Rara pun mulai berharap lebih akan perhatian itu. Rara berharap Rama menganggapnya sebagai gadis yang sempurna yang juga memiliki perasaan sama seperti layaknya wanita normal kebanyakan. Tapi Rara masih merasa ragu, ia takut cintanya itu bretepuk sebelah tangan. Rara hanya mampu memendam perasaannya itu.
Rara sering menatap Rama dengan diam-diam hendak curi-curi pandang. Namun beberapa kali pandangnya tertangkap oleh mata Rama. Rama merasa heran mengapa pandangan Rara akhir-akhir ini sangat berbeda kepadanya.
Seperti biasanya mereka ketemu di tempat les musik dan saat itu Rama mengajak Rara untuk tidak mengikuti les, Rama ingin mengajak Rara ke suatu tempat yang berbeda. Rama mengajak Rara ke pantai, menikmati indahnya pantai lepas, menghirup segarnya udara pantai sesegar hatinya Rara berada di dekat Rama, melihat nyiur pantai melambai, memandang ke laut tanpa batas, berjalan di luasnya hamparan pasir putih, dan melihat biru langit.
Saat itu Rara baru saja pulang dari Rumah Sakit. Rama seolah tahu apa yang dibutuhkan oleh batin dan jiwa Rara setelah seminggu lebih di Rumah Sakit. Emang sich Rama sengaja mengajak Rara untuk refreshing meskipun hanya beberapa jam saja. Tapi setidaknya dengan waktu yang singkat itu dapat membuat pikiran Rara sedikit tenang dan badannya sedikit segar.
Mereka pun berjalan menyusuri pinggiran hamparan pasir putih. Kadang-kadang mereka saling bertatapan lalu saling tersenyum tersipu malu. Tangan Rama pun perlahan hendak menggenggam tangan Rara yang lembut dan mungil. Rara pun langsung menatapnya dengan pandangan yang berbeda.
Melihat tatapan dan sinar mata dari Rara, Rama pun semakin mengeratkan genggamannya. Seperti hendak mengisyaratkan semua jawaban yang ada di benak Rara. Rara pun hanya bisa terdiam menikmati kebahagian hatinya. Baru kali ini Rara merasakan perasaan yang berbeda seperti itu. Rara pun hanyut dalam suasana hatinya saat itu.
Rama dan Rara terus berjalan layaknya Adam dan Hawa yang sedang berada di dalam Firdaus. Hanya bedanya, Rama dan Rara saat itu serasa berada di Taman Firdaus Cinta. Hahahaha
Capek berjalan, mereka pun beristirahat duduk berdampingan di pasir putih. Rara memulai pembicaraan “Ram, kenapa kamu ajak Rara ke tempat seperti ini?
“Ra, mungkin selama ini aku terlalu berani mengajakmu untuk keluar melihat sisi lain dari kehidupanmu. Aku sering mengajakmu ke Panti Asuhan, ke tempat-tempat kumuh, ke alam bebas, dan tempat-tempat lainnya hanya untuk membuat kamu paham bahwa semua itu ngga seperti apa yang kamu bayangkan selama ini. Semua ini indah Ra..”
“Makasih banyak ya Ram. Selama ini kamu udah banyak buat Rara senang koq, Rara senang bisa kenal sama kamu Ram. Kamu udah mengajarkan Rara banyak hal yang tidak Rara ketahui. Kamu juga udah membuka mata Rara. Kamu mengajarkan Rara tentang arti hidup. Kamu mengajarkan Rara tentang bagaimana menjalankan hidup dengan selalu bersyukur tidak hanya selalu mengeluh.”
“Udah Ra.. Aku tidak seperfect itu. Jangan puji aku terus, bisa-bisa hidungku semakin bengkak dan badanku bisa melayang terbang tingi ke langit biru..” Rama mencoba membuat Rara sedikit tersenyum
Rara tersenyum tipis pada Rama sambil memukul lembut Rama “Kamu ada-ada aja Ram.. Tapi benar koq Ram, banyak hal yang udah kamu berikan ke Rara. Terkadang kamu bisa menjadi teman buat Rara, kadang bisa menjadi sahabat, kadang bisa mnejadi kakak, bahkan kadang kamu bisa menjadi pengganti orang tua Rara saat mereka sibuk dengan kesibukan mereka.”
“Cuma sebagai itu aja yah Ra?” Rama mencoba memancing Rara untuk mengatakan lebih.
“Maksud kamu apa Ram?” Rara bingung akan pertanyaan Rama.
“Ngga ada apa-apa Ra.. Udah lupain aja yah.” Jawab Rama sedikit kecewa
Oups,, sepertinya cinta sudah mulai bersemi diantara mereka. Sepertinya mereka harus bersiap-siap menyiapkan obat untuk melawan virus-virus cinta yang mulai tersebar.
“Ra.. Kamu dah makan lum??”
“Tadi siang udah koq Ram, kalau kamu??”
“Aku juga sudah tadi siang.”
“Gimana tadi pelajaran di sekolah kamu Ra?”
“Sampai tadi sich belum ada masalah koq. Tenang aja ntar kalau ada masalah pasti aku lapornya ke kamu koq Ram… hehehehe. Tapi ngga apa-apa khan kalau aku curhat masalah sekolah ke kamu lagi?”
“Iya ngga apa-apa… Aku akan Bantu kamu sebisa aku.”
“Makasih lagi ya Ram..”
“Makasih melulu Ra, pokoknya kalau ada masalah cerita aja langsung ke aku, masalah apa pun itu. cerita aja semuanya ke aku. Ngga usah pake acara sungkan atau apa pun itu. Ok??”
“Ok deh kalau begitu” Sahut Rara dengan tegas. Ram, pulang yuk Rara capek banget”
“Iya udah ayo.. Aku juga ngga mau kamu terlalu kecapekan. Aku antar kamu pulang ya?”
“Iya Rama..” Jawab Rara dengan cepat karena Rara pun berharap diantar, so dia
Motor Rama pun melesat dengan lumayang kencang. Rara pun tertidur di pundak Rama sambil memeluknya dengan erat merasakan hangatnya badan lelaki bertubuh tinggi tegap itu.
Dan akhirnya perjalanan mereka terhenti di sebuah rumah bergaya minimalis mediterania yang lumayan luas dan bertingkat. Di halaman depan rumahnya bertengger beberapa mobil dengan plat mobil pribadi. Dan pandangan Rara terhenti pada sebuah mobil berwarna biru layakna BMW berplatkan B 124 FN. Rara kaget dan senang melihat mobil itu bertengger disitu sampai-sampai ia lupa kalau disampingnya ada Rama cowok yang ngga kalah pentingnya dengan cowok yang mempunyai mobil berplatkan B 124 FN itu.
“Ra..,” Rama memanggil Rara namun pandangan Rara tetap kepada mobil BMW berwarna biru itu.
“Raa…,” kali ini Rama memanggilnya sambil memegang tangan Rara
:Dan akhirnya pandangan Rara pun berbalik ke arah Rama “Maaf Ram..”
“
“Ram maaf ya.. Rara ngga punya niat buat cuekin kamu. Tapi Rara lagi senang banget. Itu mobil abang Rara yang kuliah di
“Oh Frans maksudnya?”
“Iya Ram, Ram masuk yuk ntar aku kenalin ke bang Frans.”
“Iya udah ayo..”
Rara berlari dengan cepatnya tanpa mengingat penyakit yang ia derita. Namun tangannya tak lepas menggenggam tangan Rama.
“Ra, jangan lari-lari donk..” Rama khawatir Rara kecapekan dan penyakitnya kumat lagi.
Namun Rara tak menghiraukan perkataan Rama. Ia hanya menjawab “Iya Rama sayang..”
Hingga akhirnya kaki mereka terhenti di suatu kamar dengan cat berwarna biru muda. Yah memamnk, Frans adalah pria yang sangat menyukai warna biru. Tanpa mereka sadari seorang pria cool tegap berwibawa berdiri di belakang tubuh mereka berdua. Dan langsung mengucapkan kata “Lieb” dalam bahasa Jerman dapat diartikan “cinta atau saying”. Kata “Lieb” merupakan panggilan saying dari Frans buat adiknya yng manja itu. Rara pun segera berbalik dan langsung memeluk erat tubuh kakaknya itu sambil meneteskan beberapa tetes air mata.
“Udah Ra jangan nangis..
Untuk sedikit menenangkan perasaan adiknya itu, Frans pun mencium kening adik kesayangannya itu. Lalu Rara pun mengangkat kepala dan badannya dari badan abangnya itu. kemudian mengenalkan Rama kepada Abangnya.
“Bang kenalin… ne Rama teman Rara.” Rama dan Frans pun akhirnya berjabatan tangan lalu berkenalan.
Setelah beberapa menit di rumah Rara, Rama pun pamit untuk pulang.. Rama pu pamit pulang ke Frans dan keluarga Rara. Rara mengantarkan Rama ke teras rumahnya.
“Ram…” Rara memanggilnya dengan lembut.
“Iya Ra ada apa??” Jawab Rama
“Thank’s banget yah buat semua ini. Thank’s juga buat hari yang indah ini. Banyak hal yang kamuh tunjukin ke Rara. Rara senang banget.”
“ Iya sama-sama Ra.. Syukur deh kalau kamu suka. Ternyata usahaku buat kamu senang bisa terwujud juga. Ra, aku punya sesuatu buat kamu.”
“Apa itu Rama..?”
“Tunggu sebentar ya.” Sambil mengeluarkan sesuatu benda dari dalam tasnya lalu memberikan sebuah bungkusan yang rapi layaknya sebuah bungkusan kado special buat orang yang spesial.
Rara bingung namun juga penasaran akan isi dari kado itu. Rara menunjukkan senyum manis kepada Rara pertanda ia sangat menyukai kado itu. “Makasih banyak Ram, Rara ngga tahu mesti balas gimana semua kebaikan yang kamu berikan ke Rara. Apa yang kamu berikan selama ini ke Rara udah sangat cukup. Kado ini buat apa lagi Ram?”
“Kamu baca aja ya Ra, di dalamnya semua tertulis dengan jelas. Aku pulang dulu ya Ra..”
“Iya deh.. Skali lagi makasih banyak. Hati-hati di jalan ya Ram.”
“Iya Ra..” Rama pun tanpa rasa malunya langsung menyium kening Rara. Dan Raa hanya bisa terdiam berdiri kaku namun serasa ada yang berbeda dengan ciuman itu. setelah menyium Rara, Rama langsung naik ke motor kesayangannya dan melesat dengan cepat meninggalkan Rara.
Perasaan Rara layaknya terbang jauh ke surga. Karena itu adalah ciuman pertama Rama untuk Rara. Selama ini meskipun mereka sangat dekat namun Rama tak punya keberanian untuk menyium Rara. Karena sangkin penasarannya, Rara langsung lari ke kamar berniat untuk membuka bungkusan itu. Tangannya saat cepat membuka bungkusan itu. Ternyata di dalam bungkusan itu ada sebuah
Dear Rara…
Hay Ra.. Maaf yah aku menyampaikan semua ini hanya lewat
Rembulan malam mengintip fajar
Meninggalkan cerita keindahan galaxy
Matahari pagi bersinar cerah
Membelah langit mengikis embun
Percikan titik – titik hujan menebar kedamaian
Sedamai hatiku menuliskan ini
Sang mega kian menemani hari-hari besamamu
Semua terlalui bersama Anugerah Illahi
Hingga rasa sayang itu mekar di taman hatiku
Aku mneyadari begitu menyanyangimu
Seperti aku mencintai lilngkunganku
Aku sangat menhgargai dirimu
Seperti aku menghargai lingkunganku
Aku akan selalu menjagmu seperti aku melestariakal lingkunganku
Ra.. mungkin hanya ini yang dapat aku berikan untuk menemani hari-harimu tanpa aku. Maaf juga Ra aku ngga bisa ngasih tahu kemana aku akn pergi dan aku ngga tahu berapa hari aku disana.
Udah dulu yah Ra..
Dari orang yang selalu menyayangimu..
---Rama---
Setelah selesai membaca
Hari-hari berlalu.. Tak terasa 2 minggu sudah Rara tanpa Rama. Rara merasa merana tanpa hadirnya Rama di sampingnya. Setiap kali ia les ia hanya bisa melihat bangku Rama yang kosong tanpa penghuni. Terkadang ketika pulang ia harus meneteskan air mata ketika melihat parkiran yang kosong tanpa motor yang biasa ia naiki. Dan Frans pun sering kali melihat adiknya itu terdiam seolah merenungkan sesuatu. Frans tidak sanggup melihat kondisi adiknya yang seperti itu. Dan akhirnya ia mengambil tindakan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Rama. Hingga akhirnya ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Lieb..” Frans memasuki kamar adiknya itu sambil menyapanya dengan senyum yang khas ala Frans
“Iya bang..” Jawab Rara lemas
“
“Iya bang, sampai sekarang Rara ngga bisa melupakan Rama sedetik pun. Apa Rama juga sedang memikirkan Rara bang?”
“Abang yakin pasti Rama juga sedang memikirkan kamu. Seberapa sayangnya kamu ke Rama,Ra?”
“Rara sayang banget sama Rama bang. Rara ngga bisa mengukur rasa sayang Rara ke Rama karena rasa sayang Rara ke Rama ngga bisa diukur bang. Kenapa abang nanya seperti itu?”
“Gpp Ra.. Abang cuma pengen tahu aza. Besok sore kamu ikut sama abang ya?”
“Kemana bang? Besok sore
“Masalah les gampang. Besok kita mau ke suatu tempat yang special abang siapin buat kamu.”
“Tapi bang…”
“Ngga ada kata tapi, pokoknya kamu harus mau. Met malam iya lieb. Met bobo. Mimpi indah.” Frans mengucapkan sambil menyium kening adiknya lalu membiarkan adiknya sendiri di kamar.
Keesokan harinya.. sesampainya Rara dari sekolah, Frans langsung menyambutnya di depan gerbang rumahnya langsung mengajaknya pergi. Seakan ia ingin menunjuknya satu keajaiban baru di dunia. Dan tanpa bisa melawan, Rara pun hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan abangnya. Bagai robot yang dikendalikan oleh ramot control.
Frans mengajaknya ke suatu tempat yang agak terpencil kurang lebih satu setengah jam dari rumahnya. Suatu daerah yang lumayan kumuh, terpencil, namun ternyata menyimpan suatu pemandangan alam yang sangat indah. Tidak jauh dari tempat dimana mereka berhenti ada sebauh hamparan pasir putih yang bersahabat dengan birunya air, sekilas orang melihatnya seolah laut tapi sebenarnya itu adalah danau yang dulunya seolah tidak mendapat perhatian dari masyarakat dan sepertinya baru mendapat sebuah sentuhan dari sekelompok manusia dan tidak jauh dari danau itu terdapat pegunungan yang sejuk
Frans mngajak adiknya berjalan mengelilingi perumahan yang sangat sederhana, yang tiap rumahnya hanya seperlima dari rumahnya. Hingga sampai ke suatu gubuk yang terbuat dari tepas.
“Permisi..” Frans mencoba mencari penghuni dari rumah itu. Saat itu pintu terbuka, berulang kali Frans menyapa dan memanggil penghuni rumah tiu tapi tidak ada sepatah kata pun jawaban dari sang empunya rumah. Maka dengan berani, Frans dan Rara memasuki rumah itu. sesampainya di dalam rumah itu, Rara heran melihat semua gambar yang dibingkai rapi tertata di dinding rumah itu. Meskipun rumah itu hanya terbuat dari tepas namun rumah itu terlihat cukup untuk dihuni dan ditempati. Semua gambar yang yang tertata rapi di dinding itu membuat air mata Rara meneteskan air mata. Semua foto itu dengan subjek utama seorang laki-laki yang sangat dikenal baik oleh Rara. Foto-foto itu adalha foto dari Rama. Semua foto yang terpampang di situ membuat Rara kaget, karena banyak dari foto itu yang tidak pernah dilihat olehnya. Namun tidak sedikit pula foto itu menunjukkan pasangan yang tidak asing dilihat Rara.
“Maaf Pak perkenalkan saya Frans dan ini adik saya namana Rara. Tadi kami telah berpuluh kali mengetok dan memanggil-manggil siapa tahu ada orang di dalamnya. Tapi tidak dijawab, akhinya kami memutuskan untuk langsung masuk. Maaf Pak kami telah lancang memasuki rumah Bapak.” Jawab Frans
“Oh seperti itu, tidak apa-apa. Saya dari tadi ada di belakang melihat kolam ikan dan juga bebek peliharaan saya.”
“Sekali lagi kami minta maaf ya Pak.. ngomong-ngomong kalau boleh tahu, foto yang ada di foto yang terpampang di dinding itu foto anak Bapak ya?” Frans mencoba mencari tahu tentang Rama.
“Oh laki-laki itu adalah pemilik rumah ini. Dan saya dikasih kepercayaan untuk merawat rumah ini bila ia tidak tinggal disini. Namanya Rama. Dia masih sekolah.”
“Sepertinya anak itu cinta sekali sama lingkungan ya Pak? Sudah berapa lama dia punya rumah ini pak? Dimana dia sekarnag pak? Apa dia anak Bapak?” Pertanyaan yang dikeluarkan Rara hanya sebagian kecil dari beribu pertanyaan yang bersarang di otak Rara.
“Dia tinggal di daerah ini sudah hamper 2 tahun, berawal ketika dia diutus oleh sekolahnya untuk ikut dalam bakti social yang diadakan di daerah ini. Pada saat itu ia merasa kasihan melihat situasi di daerah ini. Ia berpikran kalau daerah ini mempunyai potendi ayng cukup dalam bidang pariwisata hanya saja warga disini tidak menyadari akan potensi itu. Hingga suatu saat, Rama dan teman-temannya dating ke daerah ini untuk memperbaiki daerah ini. Sekeliling danau mereka dibersihkan, pegunungan yang gundul mereka tanami dengan bibit-bibit pohon jati dan yang lainnya, mereka membangun suatu kamar mandi untuk tempat pemandian buat warga agar warga tidak lagi mandi di danau, membuat saluran air dari gunung untuk air mandi warga, dan banyak lagi yang dibuat oleh Rama dan teman-temannya untuk daerah ini. Kenalkan saya Pak Danu Najah. Rama bukanlah anak saya, tapi saya sudah menganggapnya sebagai anak saya sendiri. Dulu saya tinggal di jalanan ngga jelas dan Rama memungut saya dari jalanan dan memberikan saya tempat tinggal, dikasih pekerjaan merawat rumah ini, dan bahkan saya tiap bulan dikirim dana untuk biaya menyambung hidup. Rama seorang anak yang baik bahkan sangat baik. Semua warga disini sayang sama Rama.”
Semua penjelasan Pak Danu seakan sudah sangat jelas menjawab semua pertanyaan yang ada di otak Rara. Dia mulai mengingat. Tiap bulannya Rama oasti minta izin padanya untuk tidak menemani Rara dengan alasan ada urusan sekolah. Ternyata selama ini ia pergi ke rumah keduanya yaitu disini. Dia juga pernah ajak Rara ke bank untuk mengambil sejumlah uang sebelum ia pamit pergi. Sekarang Rara tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan ia juga tahu siapa Rama sebenarnya. Ternyata Rama yang ia kenal selama ini Cuma 50% dari Rama yang sesungguhnya.
“Pak kalau boleh saya tahu dimana Rama saat ini Pak?” Tanya Rara
“Rama ada di kebun belakang rumah bersama teman-temanya. Mereka baru saja habis menangkap ikan di kolam baut makan malam” jawab Pak Danu
Dengan cepatnya Rara berlari ke belakang rumah untuk menjumpai Rama. Dan tubuh Rara tepat terhenti di samping tubuh Rama yang sedang bercanda ria dengan teman-temannya. Kedatangan Rara diantara kerumunan itu membuat semua bibir yang ada di situ terkatub hanya dapat melihat dan menunggu apa kejadian selanjutnya yang akan dilakukan oleh Rama dan Rara. Rama kaget melihat Rara ada di sampingnya. Ia sempat tidak percaya akan hal itu. namun karena rasa kangennya kepada Rara, ia langsung saja memeluk tubuh Rara dengan eratnya. Rara pun mebalas pelukan Rama dengan eratnya. Teman-teman Rama akhirnya menyadari kalau kalau ternyata wanita yang dipeluk oleh Rama adalah wanita yang pernah ia ceritakan saat teman-temannya melihat Rama memajang fotonya dengan wanita itu di dinding. Karena selama ini Rama hanya bisa bercerita tentang wanita itu tanpa sekali pun memperkenalkan wanita itu kepada teman-temannya.
Beberapa jam kemudian. Rama mengajaknya ke danau yang amat indah dengan pegunungan di tengah danau itu. Rara bersandar di pelukan Rama. Dan Rama mulai menceritakan semuanya. Hingga akhirnya mereka sampai kepada pembicaraan yang cukup serius dan telah lama ditunggu oleh Rara.
“Ra.. makasih ya dah mau dating kesini mencari aku. Aku minta maaf selama ini ngga jujur ke kamu tentang semua ini. Hal itu bukan berarti aku ngga sayang sama kamu. Semua aku lakuin karena aku sayang banget ma kamu. Selama ini kamu selalu minta ingin ikut setiap kali aku pamit sama kamu. Aku ngga ngasih tahu hal ini karena aku ngga mau buat kamu kecapekan. Karena kegiatan aku di sini lumayan melelahkan. Aku ngga mau kondisi kamu ngodrop lagi. Maaf ya Ra.. Aku ingin kamu tahu kalau aku sangat mencintai kamu seperti aku mencintai lingkunganku. Aku mau kamu bisa jadi milik aku. Aku mau jadi pacar aku..”
“Iya ngga apa-apa Ram.. Maaf juga mungkin selama ini aku terlalu over protect banget ke kamu sampai-sampai segala sesuatu yang kamu lakukan aku selalu ingin tahu. Tapi itu semua aku ngerasa ngga bisa jauh dari kamu. Aku ingin selalu bisa ada di dekat kamu. Karena aku juga sangat mencintai kamu.”
“Jadi gimana Ra? Apa kamu mau jadi pacar aku?”
“Aku mau banget Ram.. Hal inilah ayng dari dulu aku tunggu dari kamu. Aku sempat takut kalau cintaku ini hanya sebelah tangan karena kadang aku ngerasa kamu itu beda. Tapi hari ini aku senang banget. Ternyata cintaku tidaklah sebelah tangan, cintaku hanya membutuhkan waktu untuk melikimu”
“Aku juga sempat berpikiran seperti itu kepada kamu. Aku juga pernah ngerasa cintaku ini hanya sebelah tangan. Thanks banget ya Ra..”
“Iya Ram. Rara juga mau bilang makasih ya buat semuanya.”
Akhirnya Rara tahu kalau selama ini cowok yang disayanginya itu adalah seorang pemerhati lingkungan. Dan dia bangga punya kekasih yang seperti Rama dan juga kakaknya Frans yang sangat sayang sama dia sampai-sampai dalam waktu yang singkat bisa mendapatkan semua info tentang Rama.
Senyum tipis Rara muncul ketika dia mengingat kejadian itu. dan tanpa ia sadari ternyata Rama dari tadi telah melihat Rara yang senyum-senyum sendiri layaknya orang gila. “Hai.. hayo ngapain” sapaan dari Rama membuta Rara kaget dan terbangun dari sejumlah kenangan yang menghampiri memory otaknya.
“Ngga ada apa-apa koq sayang.. Jawab Rama”
“Jujur ada apa honey..?”
“Ngga ada apa-apa. Rara Cuma algi ingat waktu kamu dulu nembak Rara di tepi danau” jawab Rara sambil tersenyum malu.
“Oh itu toh.. Iya sayang aku masih ingat koq.. Aku meu nyatain perasaan aku sekali lagi yang.. AKU MENCINTAI KAMU.. SANGAT SANGAT MENCINTAI KAMU SEPERTI AKU MENCITAI LINGKUNGANKU.
nice,,
BalasHapusknp gag buat teenlit aja vin??
pasti laku keras..
menarik cerpennya asyik bacanya
BalasHapus